Kamis, 19 Agustus 2010

Selasa, 10 Agustus 2010

TENTANG CATATAN HARIAN DAN KARYA YANG DIBAKAR

Bagimu ini tak penting. Bagimu itu tak perlu. Itulah yang dikatakan orang lain kepadaku karena mereka melihat diriku dari kaca mata diri mereka sendiri dan aku menghargai dan menghormati mereka sebagaimana aku menghargai dan menghormati diriku sendiri. Aku tak perlu marah ataupun dendam karena aku tak merasa terganggu dan kalaupun terganggu marah dan dendam tak akan berguna apa-apa selain menyuburkan keegoisanku. Mereka mengatakan begitu kepadaku itu disebabkan mereka menyayangi dan mengasihiku.

Telah banyak waktu yang telah terbuang untuk sebuah tujuan, yang bagi banyak orang mungkin disebut kesia-siaan. Namun, bagiku tak ada yang sia-sia selama itu adalah perbuatanku sendiri demi sebuah jalan yang kutuju. Untuk mengenal jalanku aku harus melakukan apapun selama apa yang aku lakukan itu tak mengganggu orang lain. Meski aku harus sedih dan terluka, senang dan bahagia sebagai manusia aku tak mampu menolaknya. Semuanya akan dan harus terjadi.

Dalam proses memahami jalanku aku tak jarang bersikap ekstrim terhadap diri sendiri. Menolak keberadaan yang ada. Menentang segala yang datang. Melawan segala yang menantang. Pada akhirnya tak jarang aku terpojok di sudut hati dan pikiranku sendiri, menjadi asing dalam diri sendiri dan orang lain, lalu terkurung dalam labirin yang kelabu. Dan inilah yang harus dilakukan oleh seorang manusia, berada dalam lubang hitam semesta untuk menemukan dirinya. Sejauh-jauhnya. Sedalam-dalamnya. Pada awalnya orang tak tahu bahwa itu sangat mengasyikkan dan hingga kinipun tetap sangat mengasyikkan. Namun, yang aku sesalkan dan tak akan aku lakukan lagi adalah melakukan pembakaran terhadap buku catatan harian dan sebagian karyaku.

Kini, aku benar-benar sadar bahwa apa yang telah aku lakukan adalah pembunuhan hati dan pikiranku. Aku melakukan bunuh diri yang benar-benar menyakitkan. Dengan melakukannya aku telah mati, kematian yang benar-benar mati tanpa menyisakan satu jejakpun dalam hidup. Seharusnya jika aku ingin mati tak perlu seperti itu, aku hanya perlu minum racun saja dan itu sangat mengasyikkan daripada aku menghilangkan atau memusnahkan suara hati dan pikiranku.

Membakar sebuah buku catatan harian dan karya hanya dilakukan oleh seorang penakut. Aku tak akan membakar apapun yang telah aku tulis karena di sanalah tempat jejak-jejakku tersimpan selama dalam perjalanan menuju tujuanku. Sejelek apapun, sekotor apapun, seterhina apapun, itulah karya hidup dan hidup dalam berkarya. Adakalanya seseorang harus jatuh dalam proses perjalanannya namun sebelum sampai pada tujuannya ia harus berdiri dan berjalan lagi hingga sampai pada apa yang dituju. Akhirnya, lebih baik tak tahu daripada tahu tetapi tak pernah menjalaninya sendiri….