Rabu, 22 Juli 2009

ALA ROA 1

Sajak-sajak Ala Roa Sabtu, 20 Desember 2008

DI KEDALAMAN MALAM
malam ini sangat malam
malam jauh dalam kedalaman
aku memainkan lagu di kejauhan
memainkan lagu aku jauh di sini
aku menyanyi di kejauhan
menyanyi aku jauh di sini
tetapi aku tak memainkan lagu
aku tak menyanyi di sini
di kedalaman malam yang jauh ini
Yogyakarta, 2008

NAMAMU PANGGILLAH!

kau yang punya nama
setiap nama akan memanggilnya
memanggil nama nama itu
nama setiap nafas pelupuk mata
nama mata di ujung tatapanmu
mata nama di rekah bibirmu
ada yang bernyala di balik namamu
ada yang berkobar di depan namamu
nyala kobar nama dalam terkapar
di sini panggillah nama yang hampir retak
panggilan nama kebisuan
di sana panggillah nama yang hampir karam
panggilan nama kesunyian
kau masih hidup di bawah namamu
nama nama berdebu
nama nama berdarah
berserakan mengais luka nama nama
panggilan di dasar nama
namamu panggillah!
nama nama terbungkam namamu
terbungkam nama nama kecintaan
nama nama menyebutmu
nama nama terlupakan
panggilan di jantung nama
namamu panggillah!
nama nama itu adalah namamu
nama nama itu tak mampu menatap namanya
nama nama itu tak mampu menyebut namanya
nama nama itu tak mampu memanggil namanya
di dasar nama nama
di jantung nama nama di dasar jantung sebuah aksara
nama nama itu tak merindukan namanya
nama nama itu tak mencintai namanya
nama nama itu rindu dan cinta nama air mata
namamu panggillah!
sebab
kemana pun kau pergi namamu akan mengikuti
mengikuti nama nama lain di mata yang lain
mengikuti nama nama lain di mulut yang lain
di mata yang sama
di mulut yang sama
menatap nama matanya yang bersinar
menyebut nama mulutnya yang bersinar
memanggil nama nama hening yang nestapa
Yogyakarta, 2008

AKU TAK INGIN MENGUCAPKAN
SELAMAT TINGGAL


untuk orang-orang yang pergi
aku tak ingin mengucapkan
selamat tinggal untuk setiap kepergian
aku tak ingin mengucapkan kepergian
padamu yang pergi selamat datang kehadiran
selamat datang untuk kepergian yang hadir
di sini kepergian mengucapku
mengucap dirimu yang pergi
hadir untuk diriku yang sendiri
di sana mungkin kepergian mengucapmu
mengucap diriku yang pergi
hadir untuk dirimu yang tak sendiri
ini bukan kepergianmu
ini bukan kehadiranku
ini bukan kepergianku
ini bukan kehadiranmu
di antara pensil yang patah dan buku yang terbuka
kau yang pergi adalah cinta
aku melintas jauh ke dalam tubuhmu
tubuh yang jauh sedekat tubuhku
aku pergi jauh dari duniamu
dunia yang jauh sedekat duniaku
pada botol-botol anggur dan kursi yang kosong
aku yang pergi adalah cinta
kau melintas jauh ke dalam tubuhku
tubuh yang jauh tak sedekat tubuhmu
kau pergi jauh dari duniaku
dunia yang jauh tak sedekat duniamu
tak ada tangisan dalam kepergianmu
tak ada tangisan dalam kepergianku
kehadiran air mata yang silih berganti
adalah takdirnya yang abadi
ucapanku dan kepergianmu
bukan kesedihan
ucapanmu dan kepergianku
bukan ketakutan kita sama-sama tak memilikinya
selain cinta
ini bukan kepergianmu
ini bukan kehadiranku
ini bukan kepergianku
ini bukan kehadiranmu
aku tak ingin mengucapkannya
Yogyakarta, 2008