Selasa, 27 Oktober 2009

CATATAN KECIL JANUARI 09

 

1.

Kebanyakan orang menganggab kata-kata yang puitis dan romantis adalah gombal karena menggunakan metafora-metafora. Tetapi bagi orang yang tahu, puitis dan romantis adalah hal lain yakni sebuah pemahaman yang tidak hanya memakai pikiran tetapi juga perasaan.

 

2.

Kehidupan seperti sebuah buku siapa pun boleh membacanya dan mengambil apa yang terdapat di dalamnya. Setelah itu ia boleh mengingat dan melupakannya sesuai masanya.

 

3.

Cinta adalah sebuah prinsip. Jika ada prinsip lain itu tak penting.

 

4.

Dunia ini khanyalan, tetapi tidak, ketika kita bisa berbagi sambil minum kopi, merokok dan ngobrol hal-hal yang tidak penting bagi orang lain.

 

5.

Telah banyak yang datang dan pergi. Di antaranya aku hanya bisa mengerti bahwa begitulah seharusnya. Karena aku takut akan kehilangan.

 

6.

Bagi para politikus hidup seperti bermain catur di pagi hari.

 

7.

Hidup ini adalah ketidaknormalan seperti Tuhan itu sendiri.

 

8.

Sebuah lagu yang aku dengarkan adalah usaha bagaimana memahami gerak pikiran dan hatiku.

 

9.

Setiap orang mempunyai cara bagaimana menyelesaikan masalahnya. Dan aku menyelesaikan masalahku dengan berpikir dan kerendahan hati yang aku punyai.

 

10.

Orang bijak tak akan melupakan janjinya sedangkan orang bodoh tak pernah berjanji sama sekali.

 

11.

Sastra adalah kemanusiaan. Dan pemimpin yang tak menyukainya adalah pemimpin yang buta mata hatinya.

 

12.

Menilai yang baik adalah menilai nilai itu sendiri.

 

13.

Yang ditulis seorang penyair adalah sesuatu yang menuju luka atau luka itu sendiri.

 

14.

Ada orang mengatakan persoalan hidup adalah persoalan agama. Tetapi bagi diriku persoalan hidup adalah persoalan hidup. Karena hidup adalah persoalan aku dengan orang lain. Agama adalah persoalanku dengan Tuhan karena agama adalah kepercayaan. Jika ada orang yang mengatakan agama telah mengajarkan bagaimana belajar hidup baik, bagiku orang bisa berbuat baik bukan karena ia beragama. Orang bisa damai di dunia karena ia mengerti arti kemanusiaannya.

 

15.

Tuhan mencipta cinta agar manusia mengerti betapa gilanya Tuhan.

DI MANA KAMU SAJAK?

 

Di mana? Di mana semua yang aku tahu? Di mana? Oh, siapa yang tahu tentang diriku? Siapa yang tahu tentang yang aku tahu? Aku di mana? Aku ingin tahu. Aku ingin tahu siapa aku dan apa yang terjadi dalam hidupku. Mungkin setiap orang merasakan apa yang aku rasakan, mungkin juga tidak pernah sama sekali. Rasanya aku ingin bunuh diri saja. Menghabiskan seluruh hidupku dalam kematian.

 

Sajak. Di mana sajak? Di mana kamu? Sajak adalah aku. Aku adalah sajak. Semua yang terjadi dalam hidupku hari ini adalah sajak. Tetapi di mana kamu? Aku telah bosan menjalani hidup yang seperti ini tanpa arah dan tujuan. Sajak, tanpa dirimu aku tak berarti. Tolonglah aku! Apakah aku kurang membaca? Kurasa tidak. Apakah aku kurang mencintaimu? Apakah aku yang kurang mencintai diriku sendiri? Atau aku yang kurang mencintai orang lain? Kurasa juga tidak. Sajak, kau bukan Tuhan namun kamu adalah sebuah jalan menuju cinta. Aku yakin dengan kehadiranmu hidupku dan dunia ini akan yang selalu damai.

 

Tuhan….. Ah, aku selalu bosan dengan diriMu jika aku terus begini. Aku merasa tak berarti apa-apa. Berbulan-bulan lamanya pikiranku mampet tak mampu menangkap apa yang terjadi dalam dan di luar diriku. Aku hanya selalu ingin berdoa kepadaMu sedangkan aku mempunyai kewajiban untuk memikirkan apa yang terjadi di sekelilingku dengan pikiran. Apakah Kamu menginginkan aku selalu memberontak? Apakah memang beginilah takdir yang Kamu berikan kepadaku? Ayolah jangan buat aku selalu berdoa, aku juga ingin seperti kebanyakan orang mampu berbuat dengan pikirannya. Tuhan, yang aku rasa bisa di dunia ini hanya menulis sajak. Tolong kembalikan pikiranku seperti sebelumnya agar aku bisa menulis sajak karena sajak adalah jalan satu-satunya aku memberikan sesuatu kepada orang lain. Demi diriMu aku tak ingin sebuah penghargaan. Aku tak ingin dihormati. Diasingkan pun dari dunia ini tak ada masalah. Aku tak butuh surga. Aku hanya ingin kembali seperti sebelumnya, menulis sajak untuk dunia.

 

Waktu yogyakarta yang kacau. 08-10-2009.                             

 

 

MENCARI SEBUAH KETENANGAN

 

Sebulan ini aku tak merasakan ketenangan sedikit pun dalam hari-hariku. Selalu rame ada di mana-mana. Penuh benturan-benturan batin. Ketika tidak merasakan ketenangan siapa yang bisa berpikir dan merenung? Padahal aku ingin berpikir dan merenungkan semua yang terjadi dalam hidupku. Inilah persoalan hidupku di mana aku diharuskan mencari ketenangan di tengah-tengah gaduhnya segala suasana.

 

Aku tak mempunyai cara bagaimana mengatasi masalah ini. Sebagai seorang penulis seharusnya aku mempunyai sebuah cara untuk mengatasi masalahku ini. Bagiku tak punya uang, tak punya pacar, tak punya apa pun yang bersifat materi sebenarnya tak akan menjadi masalah yang begitu berarti. Aku ingin belajar dan menulis dengan tenang. Itu saja. Namun, bagaimana caranya? Sebagai manusia aku mempunyai dua ruang yang aku tempati, pertama, ruang privat di mana yang ada hanyalah aku sendiri, belajar dan menulis dengan tenang. Kedua, adalah ruang publik, di mana aku harus bergaul dengan semua orang, bertukar pengetahuan dan lain sebagainya.

 

Dalam keseharianku rasanya aku tak mempunyai semua itu. Antara ruang privat dan publik bercampur aduk tak jelas di mana. Untuk itu, aku harus memperjelas kedudukan keduanya. Namun, ini adalah sebuah teori dan semua teori tak akan mampu bisa menyelesaikan semua persoalan yang ada. Teori hanya kerangka cara yang bersifat mengikat dan jarang menyelesaikan masalalah dengan baik. Jadi teori bukan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah ini.

 

Persoalan yang sedang aku hadapi sangat sederhana yakni, aku selalu diramekan oleh teman-temanku yang ada di kamarku, aku tak bisa menikmati buku yang aku baca, aku tak mampu menulis dengan baik karena imajinasiku tersekat oleh kehdiran mereka. Aku merasa tenang ketika mampu beraktivitas dengan bebas di kamarku. Berbuat kegilaan demi kegilaan. Haruskah aku mengusir mereka? Aku rasa tidak. Aku juga mengerti bagaimana keadaan mereka. Mereka adalah teman-temanku yang patut aku acungi jempol. Mereka telah mengajari aku banyak hal tentang bagaimana menjalani hidup yang begitu rumit kujalani selama ini. Aku salut dengan kedewasaan mereka walaupun rata-rata umurnya masih lebih muda dariku.

 

Aku mencoba menghubungi tiga orang temanku. Aku tanyakan bagaimana cara meneyelesaikan permasalahan ini. Aku tanyakan kepada mereka: bagaimana ya caranya agar orang lain mengerti kalau aku butuh juga ketenangan? Teman pertamaku namanya Bernando J. Sujibto, ia menjawab: mengertilah mereka juga. Najamuddin Muhammad adalah teman kedua yang aku hubungi, jawabannya; buat mereka terangsang hingga tak ada lagi dunia selain menyelesaikan sebuah perjalanan yang nikmat, jawaban ini intinya sama dengan temanku B.J. Dan temanku yang ketiga, Denar F Daniar tak menjawab apa-apa.

 

Setelah aku renungkan jawaban-jawaban temanku. Pengertian adalah cara terbaik yang mampu memecahkan masalah ini. Aku kurang mengerti orang lain. Aku harus lebih mengerti mereka. Semua teori yang tercipta sebenarnya adalah untuk mengerti orang lain dari pada diri sendiri, entah bagaimana konsepnya semua teori adalah untuk mempermudah menemukan sebuah ketenangan dan kedamaain.

 

13-10-2009

Kamis, 08 Oktober 2009