Sebulan ini aku tak merasakan ketenangan sedikit pun dalam hari-hariku. Selalu rame ada di mana-mana. Penuh benturan-benturan batin. Ketika tidak merasakan ketenangan siapa yang bisa berpikir dan merenung? Padahal aku ingin berpikir dan merenungkan semua yang terjadi dalam hidupku. Inilah persoalan hidupku di mana aku diharuskan mencari ketenangan di tengah-tengah gaduhnya segala suasana.
Aku tak mempunyai cara bagaimana mengatasi masalah ini. Sebagai seorang penulis seharusnya aku mempunyai sebuah cara untuk mengatasi masalahku ini. Bagiku tak punya uang, tak punya pacar, tak punya apa pun yang bersifat materi sebenarnya tak akan menjadi masalah yang begitu berarti. Aku ingin belajar dan menulis dengan tenang. Itu saja. Namun, bagaimana caranya? Sebagai manusia aku mempunyai dua ruang yang aku tempati, pertama, ruang privat di mana yang ada hanyalah aku sendiri, belajar dan menulis dengan tenang. Kedua, adalah ruang publik, di mana aku harus bergaul dengan semua orang, bertukar pengetahuan dan lain sebagainya.
Dalam keseharianku rasanya aku tak mempunyai semua itu. Antara ruang privat dan publik bercampur aduk tak jelas di mana. Untuk itu, aku harus memperjelas kedudukan keduanya. Namun, ini adalah sebuah teori dan semua teori tak akan mampu bisa menyelesaikan semua persoalan yang ada. Teori hanya kerangka cara yang bersifat mengikat dan jarang menyelesaikan masalalah dengan baik. Jadi teori bukan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah ini.
Persoalan yang sedang aku hadapi sangat sederhana yakni, aku selalu diramekan oleh teman-temanku yang ada di kamarku, aku tak bisa menikmati buku yang aku baca, aku tak mampu menulis dengan baik karena imajinasiku tersekat oleh kehdiran mereka. Aku merasa tenang ketika mampu beraktivitas dengan bebas di kamarku. Berbuat kegilaan demi kegilaan. Haruskah aku mengusir mereka? Aku rasa tidak. Aku juga mengerti bagaimana keadaan mereka. Mereka adalah teman-temanku yang patut aku acungi jempol. Mereka telah mengajari aku banyak hal tentang bagaimana menjalani hidup yang begitu rumit kujalani selama ini. Aku salut dengan kedewasaan mereka walaupun rata-rata umurnya masih lebih muda dariku.
Aku mencoba menghubungi tiga orang temanku. Aku tanyakan bagaimana cara meneyelesaikan permasalahan ini. Aku tanyakan kepada mereka: bagaimana ya caranya agar orang lain mengerti kalau aku butuh juga ketenangan? Teman pertamaku namanya Bernando J. Sujibto, ia menjawab: mengertilah mereka juga. Najamuddin Muhammad adalah teman kedua yang aku hubungi, jawabannya; buat mereka terangsang hingga tak ada lagi dunia selain menyelesaikan sebuah perjalanan yang nikmat, jawaban ini intinya sama dengan temanku B.J. Dan temanku yang ketiga, Denar F Daniar tak menjawab apa-apa.
Setelah aku renungkan jawaban-jawaban temanku. Pengertian adalah cara terbaik yang mampu memecahkan masalah ini. Aku kurang mengerti orang lain. Aku harus lebih mengerti mereka. Semua teori yang tercipta sebenarnya adalah untuk mengerti orang lain dari pada diri sendiri, entah bagaimana konsepnya semua teori adalah untuk mempermudah menemukan sebuah ketenangan dan kedamaain.
13-10-2009